Teras Merdeka – Sebagian besar wilayah di Indonesia masih mengalami cuaca panas ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu terpanas dan terendah selama tahun 2023 ini.
Wilayah Indonesia pada Agustus hingga Oktober mengalami puncak pengaruh fenomena El Nino. Efeknya ialah panas dan kering buntut curah hujan yang menurun drastis.
Diketahui, El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang memicu penurunan curah hujan global. Menurut BMKG, El Nino dapat bertahan hingga akhir tahun.
Pada Bulan Agustus, hasil monitoring dinamika atmosfer dan laut BMKG menunjukkan indeks ENSO (anomali suhu muka laut pada wilayah Nino 3.4) bernilai 1,42 derajat Celcius yang mengindikasikan kondisi El Nino Moderat.
Sementara itu, Indeks Dipole Mode bernilai 0,98 derajat Celcius yang menunjukkan kondisi IOD (Indian Ocean Dipole, fenomena sejenis El Nino di Samudera Hindia) Positif.
Kondisi tersebut membuat rata-rata anomali suhu muka laut sekitar wilayah Indonesia umumnya hangat dengan anomali suhu muka laut (SST) 0,99 derajat Celcius.
Menurut catatan dalam Buletin Informasi Iklim September, BMKG mengungkap adanya sejumlah rekor panas tercipta saat musim kemarau ditemani duet El Nino dan IOD.
Lembaga tersebut mengungkap suhu tertinggi sendiri tercatat di Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda, Aceh, pada Jumat, 4 Agustus 2023, dengan suhu 36,3 derajat Celcius.
Sementara itu, suhu terendah tercatat di Stasiun Meteorologi Frans Sales Lega, Nusa Tenggara Timur pada Selasa, 22 Agustus 2023, dengan suhu 10 derajat Celcius.
Di waktu yang bersamaan, BMKG juga mengungkap rekor curah hujan harian tertinggi yang mencapai 238,5 mm per hari yang terjadi di Karang Pulau, Bengkulu, pada Senin, 18 Agustus 2023.
Cuaca panas di Indonesia sejauh ini masih melanda banyak daerah, terutama di kawasan selatan khatulistiwa, meski daerah lainnya sudah lebih dulu diguyur hujan.
Dimulainya Musim Hujan
Berdasarkan data dari BMKG, 48,52 persen wilayah Indonesia mengalami curah hujan kategori rendah, 44,09 persen kategori menengah dan 7,39 persen kategori tinggi hingga sangat tinggi pada Agustus.
Jika ditinjau dari sifat hujannya, 63,75 persen wilayah Indonesia mengalami sifat hujan Bawah Normal (BN), 21,97 persen mengalami sifat hujan Atas Normal (AN) dan 15,31 persen mengalami sifat hujan Normal (N).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, mayoritas wilayah Indonesia akan mengawali musim hujan pada November. Namun, ada beberapa wilayah yang mengawali musim ini lebih awal dan ada juga yang terlambat.
“Angin baratan (penanda awal mula musim hujan) yang berasal dari Benua Asia diprediksi akan datang lebih lambat dari normalnya,” ungkapnya pada Jumat (8/9/2023).
“Jadi awal musim hujan secara umum diprediksi akan terjadi pada bulan November 2023, namun, karena tingginya keragaman iklim di Indonesia, menyebabkan awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah,” paparnya.