Teras Merdeka – Semenjak terjadinya pandemi Covid-19, banyak orang yang mengalami perubahan dalam hidupnya. Terutama dalam ranah pekerjaan. Banyak pekerja yang menanggung beban berat dalam hidup sehingga menjadikan kehidupan kantor sebagai salah satu suaka untuk berkeluh kesah.
Tak hanya itu, fenomena ini juga berujung pada oversharing. Di mana seseoarang tidak bisa membatasi diri sendiri dalam membagikan informasi pribadinya kepada publik.
Miranda Green dari Financial Times mengatakan bahawa ‘wabah’ oversharing terjadi karena krisis pribadi yang menimbun dan banyak kumpulan emosi. Akan tetapi emosi tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan baik.
“Apa pun sebutannya, upaya ketenangan profesional secara bertahap ditinggalkan demi pertukaran pengakuan dan empati massal dan multi arah,” ungkap Green, dikutip dari cnbcindonesia.com, Rabu (28/6/2023).
“Ini benar-benar menjadi no filter. Kita semua begitu terpukul oleh tantangan yang datang sehingga hanya ada sedikit energi untuk apa pun selain pekerjaan itu sendiri,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, oversharing di kantor sebenarnya juga dapat menimbulkan sikap saling mendukung.
Sebuah penelitian di Australia terhadap wanita berusia antara 45 dan 70 yang dirilis tahun ini menemukan, mereka yang memiliki teman di tempat kerja dan hubungan baik dengan rekan kerja jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan berbagai penyakit umum. Termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan kanker.
“Setelah kesulitan yang disebabkan oleh keadaan darurat Covid-19, persahabatan ini, baik baru-baru ini maupun jangka panjang, terasa sangat menyehatkan,” terangnya.
Akan tetapi, oversharing dapat menjadi pisau bermata dua. Sebab tidak sedikit orang yang belum tahu sifat lawan bicaranya dan bagaimana yang bersangkutan dapat menangani informasi yang berlebihan tersebut.
“Bagaimana jika runtuhnya kepribadian Anda di tempat kerja berarti hukuman karir setelah krisis Anda berlalu? Bagaimana jika persahabatan kerja itu tidak dapat menahan beban?” ujar Green.
Meskipun begitu, kata Green, ini adalah perjalanan yang memperkenalkan lebih banyak emosi daripada meredamnya.
Pra-pandemi tampak menyegarkan. Di mana menjadi kesempatan untuk bercerita tanpa menggunakan ‘jaket’ profesionalitas yang menyeragamkan tenaga kerja.