Teras Merdeka – Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko, mendorong penurunan angka putus sekolah (APS) di Jawa Tengah melalui koordinasi yang lebih intensif dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Menurutnya, persoalan putus sekolah masih menjadi tantangan serius dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia daerah.
Berdasarkan data tahun 2024, tingkat partisipasi sekolah usia 16–18 tahun atau jenjang SMA/sederajat di Jawa Tengah baru mencapai sekitar 71,60 persen. Kondisi ini menunjukkan masih banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP.
“Ini berarti masih banyak anak yang putus sekolah setelah SMP, terutama di wilayah pedesaan dan keluarga kurang mampu,” kata Heri.
Politisi Partai Gerindra tersebut menegaskan bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai OPD pelaksana utama urusan pendidikan wajib pelayanan dasar harus menjadi motor penggerak dalam menekan APS.
“Koordinasi intensif diperlukan, mulai dari identifikasi siswa rawan putus sekolah hingga penyediaan program pendampingan,” ujarnya.
Menurut Heri, faktor ekonomi masih menjadi penyebab dominan anak memilih bekerja dibandingkan melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah. Oleh karena itu, ia mendorong penguatan program beasiswa serta bantuan pendidikan bagi keluarga kurang mampu agar angka melanjutkan sekolah dapat meningkat.
Selain aspek ekonomi, Heri juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas dan pemerataan layanan pendidikan, termasuk perbaikan infrastruktur sekolah serta penambahan guru berkualifikasi minimal S1/D4, khususnya di daerah tertinggal.
“Angka kelulusan dan angka melanjutkan harus jadi indikator utama keberhasilan dinas,” tambahnya.
Tak hanya itu, Heri menekankan perlunya kolaborasi lintas OPD, terutama dengan Dinas Sosial, dalam memanfaatkan basis data terpadu masyarakat miskin yang berpotensi mengalami putus sekolah.
“Sinkronisasi antar-OPD ini krusial agar intervensi tepat sasaran,” tegas Heri.
Ia berharap DPRD Jawa Tengah dapat terus mengawal alokasi anggaran pendidikan agar program pencegahan putus sekolah tidak berhenti pada tataran seremonial semata.
“Kita ingin generasi muda Jateng tamat minimal SMA/SMK untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya saing,” katanya.
Lebih lanjut, Heri juga mengajak peran aktif masyarakat dan orang tua dalam mendukung keberlanjutan pendidikan anak.
“Pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Jateng yang lebih baik,” pungkasnya. [Adv]













