Teras Merdeka — Perkembangan teknologi digital yang kian pesat menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan serius bagi kehidupan sosial masyarakat. Di tengah masifnya penggunaan kecerdasan buatan (AI), media sosial dan otomasi, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko, mengingatkan agar arah kemajuan digital tidak tercerabut dari nilai budaya dan tetap memanusiakan manusia.
Menurut Heri, teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari perubahan budaya yang memengaruhi cara manusia berpikir, berinteraksi dan mengambil keputusan. Karena itu, kemajuan digital harus disikapi secara sadar dan etis, bukan diterima mentah-mentah tanpa refleksi nilai.
“Teknologi tidak lahir di ruang hampa. Ia tumbuh di tengah masyarakat dengan nilai, budaya dan sejarahnya sendiri. Kalau kita mengadopsi teknologi tanpa pijakan kemanusiaan, yang terjadi bukan kemajuan, tapi keterasingan,” ujar Heri.
Ia menilai, masyarakat saat ini kerap terjebak pada logika kecepatan, viralitas dan efisiensi, namun mengabaikan dampak sosial dan moral yang menyertainya.
Padahal, lanjutnya, budaya bangsa Indonesia dibangun di atas nilai gotong royong, empati, dan kebersamaan—nilai yang seharusnya diperkuat dalam proses transformasi digital.
“Jangan sampai teknologi justru melahirkan masyarakat yang individualistik, miskin empati dan kehilangan daya kritis. Masa depan digital harus tetap menempatkan manusia sebagai subjek, bukan objek,” tegasnya.

Heri juga menyoroti pentingnya penguatan literasi digital berbasis nilai, terutama bagi generasi muda.
Menurutnya, pendidikan digital tidak cukup hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan memilah informasi, memahami etika bermedia, serta kesadaran akan tanggung jawab sosial di ruang digital.
“Anak-anak muda kita sangat cepat beradaptasi dengan teknologi. Itu kekuatan besar. Tapi tanpa fondasi nilai budaya dan kemanusiaan, mereka bisa terseret arus disinformasi, ujaran kebencian dan polarisasi,” katanya.
Lebih lanjut, Heri mendorong pemerintah daerah, institusi pendidikan dan komunitas budaya untuk mengambil peran aktif dalam merumuskan arah transformasi digital yang inklusif dan berkeadaban.
Ia mengatakan, dialog antara teknologi, budaya dan kemanusiaan harus terus dibuka agar kemajuan tidak mengorbankan jati diri bangsa.
“Pembangunan digital yang sehat bukan hanya soal infrastruktur dan aplikasi, tapi juga soal nilai yang kita tanamkan. Teknologi harus memperkuat peradaban, bukan menggerusnya,” pungkas Heri.
Ia menegaskan, masa depan Jawa Tengah dan Indonesia tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi, melainkan oleh sejauh mana kemajuan tersebut mampu menjaga martabat manusia dan merawat nilai-nilai budaya bangsa. [Adv]














