Teras Merdeka – Upaya menjadikan Ukiran Jepara sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO mendapat dukungan internasional. Duta Besar Bosnia dan Herzegovina untuk Indonesia, Armin Limo, melakukan kunjungan resmi ke Jepara, Selasa (27/05/2025). Kedatangan tersebut guna memperkuat proses join nominasi bersama antara kedua negara.
Kunjungan ini menjadi momentum penting untuk mempererat kerja sama kebudayaan antara Indonesia dan Bosnia.
Dalam kunjungannya, Dubes Armin Limo menyempatkan diri meninjau berbagai sentra ukir di Jepara. Lokasi yang dikunjungi antara lain Kampung Sembada Ukir Petekeyan, Sentra Relief Senenan, Sentra Patung Mulyoharjo, serta Masjid Mantingan, yang mencerminkan warisan seni ukir khas daerah ini.
Bupati Jepara, Witiarso Utomo, secara langsung menerima kunjungan tersebut. Ia menjelaskan bahwa proses pengajuan ke UNESCO memang melalui skema kerja sama dengan Bosnia.
“Setelah ini, pihak Bosnia akan meminta banyak dokumen dukungan dari masyarakat. Nantinya, nominasi ini akan diajukan terlebih dahulu melalui Bosnia, sebelum dilanjutkan ke UNESCO,” terang Mas Wiwit.
Pemerintah Kabupaten Jepara pun telah menyiapkan langkah konkret dalam mendukung pelestarian ukiran, mulai dari pendidikan keterampilan untuk generasi muda hingga perlindungan sosial bagi para perajin.
“Kita akan prioritaskan ukir Jepara agar tetap lestari dan punya nilai ekonomi untuk menyolong kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Dubes Armin Limo menunjukkan antusiasmenya selama berada di Jepara. Ia merasa diterima dengan sangat hangat oleh masyarakat dan menikmati pengalaman langsung melihat serta mencoba seni mengukir.
“Saya sangat senang dengan kunjungan ini, apalagi ini kunjungan pertama saya ke Jepara. Saya merasa seperti di rumah sendiri, masyarakatnya sangat ramah. Saya bahkan mendapat kesempatan untuk mencoba mengukir secara langsung,” ujarnya.
Dubes Armin juga menuturkan bahwa Bosnia memiliki kota yang seni ukir kayunya sudah tercatat sebagai warisan dunia, dan ia berharap Jepara dapat mencapai pengakuan yang sama.
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, turut hadir dan menggarisbawahi pentingnya keberadaan perempuan dalam dunia seni ukir.
“Tadi saya melihat ada pengukir perempuan, luar biasa sekali. Seni ukir bukan hanya soal keterampilan teknis, tapi juga soal rasa. Salah ketok sedikit bisa merusak seluruh hasil karya,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa pelestarian seni ukir merupakan bagian dari menjaga jati diri bangsa. Proses pengajuan ke UNESCO diperkirakan memerlukan waktu sekitar dua tahun, namun semangat dan kerja sama berbagai pihak memberi harapan besar agar seni ukir Jepara mendapat pengakuan global.