Teras Merdeka – Seusai peristiwa penangkapan penangkapan mantan Perdana Menteri (PM) Imran Khan, Kondisi di Pakistan masih terus memanas. Situasi ini membuat militer negara ikut turun tangan guna mengatasi persoalan keamanan yang berkembang.
Akibat penangkapan Khan, ribuan pendukungnya turun ke jalan di beberapa kota. Polisi dan rumah sakit melaporkan, setidaknya enam orang tewas dalam insiden terkait protes, termasuk satu orang yang meninggal karena menghirup asap setelah sebuah gedung dibakar di Lahore.
Pada Rabu (10/5/2023), pemerintahan baru akhirnya menyetujui pengerahan tentara di dua provinsi dan ibu kota untuk memulihkan perdamaian.
Di kota terbesar Pakistan yakni Karachi, pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pendukung partai Pakistan Tehreek-e-Insaf pimpinan Khan.
“Jika mereka berpikir penangkapan Imran Khan akan melemahkan semangat kami, maka mereka salah besar,” ungkap salah satu pendukung Khan kepada AFP, Niaz Ali, di Peshawar, tempat di mana beberapa monumen dan gedung pemerintah dibakar, dikutip Kamis (11/5/2023).
Penangkapan Khan terjadi pada Selasa (9/5/2023), selama sidang rutin di ibu kota Islamabad. Khan kemudian dibawa pergi ke lokasi yang tidak diketahui selama semalam, sebelum akhirnya muncul di balik pintu tertutup di pengadilan anti-korupsi yang diadakan secara khusus di markas polisi.
Khan, mantan atlet kriket terkenal, digulingkan April setelah melancarkan kampanye besar melawan militer negara tersebut. Ia sering mengungkapkan bahwa lusinan kasus yang diajukan terhadapnya adalah bagian dari upaya pemerintah dan militer untuk mencegahnya kembali berkuasa.
Akibat peristiwa penangkapan dan kekerasan ini, kemudian memicu reaksi dari Barat yang mendesak demokrasi damai.
Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta pihak berwenang untuk ‘menghormati proses hukum’ dan supremasi hukum dalam proses melawan Khan.
“Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dalam mencatat protes, menyerukan semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan, dan dia menekankan perlunya menghormati hak untuk berkumpul secara damai,” jelas Wakil Juru Bicara Kesekjenan PBB, Farhan Haq.
Sebagai informasi, politisi Pakistan sering ditangkap dan dipenjara sejak negara tersebut didirikan pada tahun 1947. Akan tetapi hanya segelintir saja yang secara langsung menantang militer.
Adapun Militer Pakistan telah melakukan setidaknya tiga kudeta dan memerintah selama lebih dari tiga dekade. Panglima militer memiliki pengaruh signifikan atas politik dalam negeri dan kebijakan luar negeri.
“Pimpinan tentara senior tidak tertarik untuk memperbaiki keretakan antara dirinya dan Khan,” sebut Direktur South Asia Institute di Wilson Center, Michael Kugelman.
“Jadi dengan penangkapan ini, kemungkinan mengirim pesan bahwa sarung tangan sudah lepas,” tegasnya.