Teras Merdeka – Berita terkait galon air minum kemasan yang mengandung Bisfenol A (BPA) viral belakangan ini. Ramainyan pembicaraan terkait galon BPA ini mencuat usai unggahan video TikTok dr. Richard Lee yang menyebutkan bahwa kemasan salah satu merek air minum Indonesia masih mengandung BPA.
“Setelah ku pelajari, memang benar di Eropa itu sudah dilarang penggunaan minuman galon menggunakan polikarbonat karena ada cemaran BPA-nya,” kata dr. Richard Lee melalui unggahan di akun TikTok pribadinya (@drrichardlee) pada Minggu (4/10/2023).
“Dan sangat mengejutkan sekali, merek terbesar di Indonesia masih menggunakan polikarbonat yang di dalamnya masih ada cemaran BPA-nya,” imbuhnya dalam video tersebut.
Penjelasan tentang BPA
Melansir dari Mayo Clinic, BPA merupakan bahan kimia industri yang digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi sejak 1950 silam.
Umumnya, plastik polikarbonat dan resin epoksi tersebut digunakan sebagai wadah makanan, botol minum, botol air plastik, hingga produk kebersihan.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh Cancer Research UK pada 2021 menemukan bahwa BPA terbukti tidak menyebabkan kanker. Sebab, kadar BPA yang terdapat di wadah atau kemasan plastik masih tergolong sangat rendah sehingga masih aman jika masuk ke dalam tubuh manusia.
Meskipun begitu, melansir dari CNBC Indonesia, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Aru Ariadno menyebutkan bahwa BPA tetap meningkatkan risiko masalah kesehatan serius karena bersifat beracun dan berbahaya bila masuk ke dalam tubuh.
“Yang jadi masalah, BPA ini bahan yang beracun dan bisa mencemari makanan yang dibungkus atau cairan yang ditampung dalam plastik BPA,” ujar dr. Aru, sebagaimana dikutip pada Senin (9/10/2023).
“Jika kita terpapar oleh plastik BPA, ada sejumlah masalah kesehatan bisa muncul, seperti gangguan berat badan pada bayi, gangguan hormonal, kanker, sindrom ovarium polikistik, sampai kelahiran prematur,” paparnya.
Terkait hasil penelitian yang berbeda soal dampak BPA terhadap tubuh, dr. Aru menyarankan masyarakat untuk menghindari penggunaan bahan-bahan plastik, terutama yang mengandung BPA.
Terlebih, sejumlah negara, seperti Prancis; Amerika Serikat; Denmark; Malaysia; dan Australia telah melarang penggunaan BPA karena berdampak buruk bagi kesehatan.
“Sebaiknya hindari penggunaan BPA. Sepanjang masih ada pendapat-pendapat yang saling bertentangan, kita ambil yang aman saja,” tegas dr. Aru.
“Dan untuk itu dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menegakkan apakah [penggunaan BPA] boleh atau tidak berdasarkan keilmuan yang ada,” pungkasnya.