Teras Merdeka – Selama dua hari berturut-turut, warga Dukuh Toplek dan Pendem, Desa Sumberrejo, Jepara, menggelar acara bertajuk Tilik Sumber, sebagai bentuk protes kolektif atas rusaknya lingkungan Gunung Mrico akibat tambang.
Acara yang berlangsung pada 28–29 Mei 2025 ini diselenggarakan bertepatan dengan momen sedekah bumi dan Hari Anti Tambang.
Bagi warga Dukuh Toplek dan Pendem, Gunung Mrico bukan hanya bagian dari lanskap desa, tetapi juga sumber kehidupan. Namun, aktivitas tambang yang telah berjalan sejak 2016 perlahan menggerusnya.
Beberapa mata air yang dulu menjadi andalan warga, kini hilang tertutup limbah tambang. Sawah terancam gagal panen setiap musim hujan, karena air yang membawa lumpur tambang meluap ke lahan pertanian. Warga pun hidup dalam kekhawatiran longsoran dari bekas galian tambang yang mengancam permukiman mereka.
Menanggapi kondisi tersebut, warga bersama Walhi Jateng dan jaringan seniman menggelar Tilik Sumber.
Lokasi acara tersebar di titik-titik mata air dan area yang mengalami kerusakan lingkungan. Acara dimulai dengan mural attack di rumah-rumah warga, dilanjutkan diskusi hukum dan lingkungan untuk memperkuat pemahaman warga terhadap hak-hak ekologis mereka.
Pada malam hari, warga berkumpul untuk tahlilan dan pentas seni. Kegiatan ini menjadi ruang ekspresi sekaligus perlawanan.
“Sangat aspiratif, karena banyak kedatangan teman-teman yang mendukung perjuangan warga. Warga juga sangat terhibur dengan acara tadi malam. Terasa guyub,” tutur Amri, warga Dukuh Toplek usai pentas pada Rabu malam (28/5/2025).
Keesokan harinya, warga mengajak peserta menyusuri Gunung Mrico melalui jalan santai. Sepanjang perjalanan, mereka menunjukkan area-area yang telah rusak akibat tambang. Lereng-lereng gunung tampak tergerus, memperlihatkan dampak nyata aktivitas tambang yang menggunakan alat berat.
Acara ditutup dengan peluncuran zine—majalah mini hasil wawancara para pemuda dengan sesepuh desa. Isi zine mencatat ingatan, pengalaman, dan nilai-nilai lokal tentang hubungan warga dengan ruang hidup mereka.
“Acara ini sebagai penghubung jaringan-jaringan di luar dan mengabarkan bahwa warga Sumberrejo akan tetap menolak tambang sampai menang,” tambah Dwi Jayanto, perwakilan jaringan seniman.
Sikap warga Sumberrejo terhadap aktivitas tambang sebenarnya bukan baru kali ini. Menurut Walhi Jateng, sejak Desember 2025, warga telah secara resmi menyampaikan penolakan atas keberadaan dan pembukaan tambang baru.
Namun, hingga kini Pemerintah Kabupaten Jepara belum merespon serius tuntutan mereka, terutama permintaan penghentian tambang secara permanen.