Teras Merdeka – Hari Penglihatan Sedunia dirayakan setiap tanggal 10 Oktober. Di hari ini, tidak hanya memperingati, tetapi juga menjadi pengingat bagaimana kesehatan mata dan penglihatan menjadi begitu penting.
Peringatan Hari Penglihatan Sedunia tahun 2024 dirayakan dengan tema “Sayangi Mata Anak Kita.” Tema ini juga menjadi alarm bahwa masih banyak anak-anak di dunia ini yang tidak mendapatkan penglihatan dengan baik.
Salah satu penyakit mata yang menyerang anak-anak ialah Glaukoma Kongenital, yang merupakan salah satu jenis cacat mata bawaan yang dapat menimbulkan kerusakan pada mata bayi.
Kerusakan ini bisa memicu gangguan penglihatan, bahkan kebutaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyebab dan gejalanya agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat.
Dalam kondisi sehat, bola mata terdiri atas cairan bening yang terus mengalir dan diserap oleh saluran di dalamnya. Cairan ini berfungsi untuk memberikan nutrisi ke seluruh jaringan mata.
Menurut situs Kementrian Kesehatan RI, Glaukoma Kongenital terjadi ketika saluran dalam bola mata tidak berfungsi dengan baik atau tersumbat. Cairan tersebut dapat menumpuk dan meningkatkan tekanan pada bola mata.
Baca Juga: Studi Kesehatan Mata: 740 Juta Anak Muda Diprediksi Akan Alami Rabun Jauh
Saat tekanan di dalam bola mata terlalu tinggi, kondisi tersebut lama-kelamaan dapat merusak saraf mata. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya penyakit glaukoma.
Penyakit glaukoma biasanya terjadi pada orang dewasa dan lansia. Namun, untuk beberapa kondisi, glaukoma juga dapat dialami bayi atau disebut juga glaukoma kongenital.
Penyebab dan Gejala Glaukoma Kongenital
Penyebab glaukoma kongenital hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor seperti faktor genetik atau riwayat orang tua yang menderita glaukoma sejak lahir, diduga dapat meningkatkan risiko bayi terlahir dengan glaukoma.
Ada beberapa gejala yang dapat muncul dari penyakit mata pada bayi satu ini, di antaranya yaitu:
- Sering mengeluarkan air mata
- Sensitif terhadap cahaya atau fotofobia
- Sering menutup satu atau kedua matanya, terutama saat sedang berada di tempat terang
- Kelopak mata berkedut atau blefarospasme
- Kornea mata bayi terlihat keruh
- Satu atau kedua mata bayi lebih besar dari ukuran normal
- Mata bayi merah
Jika Si Kecil mengalami gejala-gejala di atas, para orangtua disarankan untuk segera membawanya ke dokter agar dapat segera dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Pengobatan Glaukoma Kongenital
Untuk mendiagnosis glaukoma kongenital, dokter akan melakukan pemeriksaan mata bayi secara menyeluruh. Pemeriksaan tersebut mencakup pergerakan bola mata, pengukuran tekanan bola mata, hingga kondisi saraf mata.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bayi menderita glaukoma, penanganan perlu segera dilakukan.
Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan glaukoma kongenital yang dapat dilakukan dokter:
- Operasi
Penanganan utama glaukoma kongenital adalah operasi. Operasi dilakukan untuk membuka saluran dan memperbaiki sirkulasi cairan bola mata.
Selain pembedahan mata konvensional menggunakan alat bedah, pembedahan pada mata juga bisa dilakukan dengan bedah laser.
- Pemberian Obat-obatan
Jika kondisi bayi tidak memungkinkan untuk menjalani operasi, dokter dapat memberikan pengobatan terlebih dahulu untuk mengontrol tekanan dalam bola mata.
Obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengobati glaukoma kongenital adalah obat golongan penghambat beta, seperti timolol dan acatezolamide. Dokter biasanya akan memberikan obat-obatan tersebut dalam bentuk obat tetes mata.
Baca Juga: Usia Anak Paling Pas untuk Dikasih HP Menurut Bill Gates
Setelah operasi, kondisi mata bayi perlu dipantau secara berkala. Setelah bayi sudah cukup besar dan mengalami gangguan penglihatan, ia mungkin membutuhkan kacamata atau lensa kontak untuk membantu penglihatannya.
Mengenali gejala glaukoma kongenital sedini mungkin penting dilakukan agar kondisi ini dapat ditangani sejak dini. Semakin dini penanganan dilakukan, semakin besar pula peluang untuk menyelamatkan penglihatan bayi dan kondisi matanya.