Teras Merdeka – Tim peneliti dari Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat, memproyeksikan aka nada sejumlha wilayah yang menjadi tidak layak huni akibat pemanasan global. Miliaran orang juga diprediksi akan terpapar pada ambang batas bahaya.
Dipimpin Profesor Iklim Universitas Purdue, Matthew Huber, kelompok ini memerinci kawasan-kawasan di dunia yang tak layak huni imbas peningkatan suhu bumi.
Mengutip dari CNN pada Selasa (30/7/2024), Huber menyatakan Afrika Barat dan beberapa wilayah di Asia Selatan adalah yang paling rentan karena suhu yang panas.
Apalagi wilayah-wilayah tersebut memiliki masalah populasi yang padat dan sedikit akses ke pendingin udara ruangan.
Dalam kesimpulan penelitiannya, Huber mengatakan bahwa negara-negara kaya akan mendapatkan hasil yang lebih baik namun tidak akan lolos tanpa dampak buruk gelombang panas.
Studi tersebut menemukan bahwa titik panas dengan suhu lembab yang ekstrim akan muncul di beberapa bagian Amerika Serikat, termasuk wilayah Midwest, seiring dengan meningkatnya pemanasan global
Suhu Terpanas Global
Sebelumnya, Copernicus Climate Change Service (C3S), lembaga pemantau iklim Uni Eropa, mencatat pada Minggu, 21 Juli 2024 sebagai hari terpanas yang pernah tercatat secara global.
Lembaga tersebut mencatat suhu permukaan udara rata-rata global pada hari tersebut adalah 17,09 derajat Celsius.
Itu merupakan suhu terpanas dalam catatan mereka, yang dimulai sejak tahun 1940. Sebelumnya rekor terpanas yang dicatat lembaga itu adalah 17,09 derajat Celsius pada 6 Juli 2023.