Pancasila sebagai dasar negara, tidak hanya menjadi falsafah yang diyakini di dalam diri setiap masyarakat Indonesia, tetapi juga wajib diamalkan serta diaktualisasikan dalam laku dan tindakan.
Seorang Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Vera Itabiliana Hadiwidjojo, penanaman nilai-nilai Pancasila bisa ditanamkan sejak dini. Terutama dalam tindakan sehari-hari.
Menurutnya, Pancasila memang diambil dari nilai-nilai luhur yang ada di kehidupan. Penanamannya pun bisa dilakukan sedini mungkin. Meskipun, sang anak belum mampu memahami makna Pancasila itu sendiri.
Vera mencontohkan, sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan seperti dengan mengajak serta memperkenalkan anak pada nilai-nilai spirituaitas. Kemudian, bisa juga dengan mengajarkan nilai-nilai tradisi dan budaya yang dipedang dalam keseharian.
Dalam hal ini, ia menganjurkan kepada para orangtua untuk tidak memberikan himbauan, tetapi melakukan praktik secara langsung. Hal ini juga bisa menambah keterikatan emosional anatara orangtua dengan anak-anaknya.
Pancasila, seringkali dianggap tidak menarik karena terkesan serius dan penuh norma. Terlebih ketika melihat bagaimana Pancasila diajarkan dalam lembaga-lembaga formal. Pemahaman tentang Pancasila hanya sebatas hafalan tanpa pendalaman lebih jauh terkait nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pemahaman atau lebih tepatnya, penghafalan Pancasila ini juga sering dikaitkan dengan kemampuan akdemis. Terutama kemampuan yang penilaiannya didasarkan pada jumlah kuantitas, bukan kualitas.
Mirisnya, dengan ketanpabatasan akses informasi dan pertukaran budaya, generasi masa kini justru lebih banyak yang menilai ideologi dari negara lain lebih menarik dan keren. Meskipun tidak semua orang berpikiran seperti ini, tetapi hal ini nyata adanya.
Contohlah bagaimana anak-anak usia remaja hingga dewasa yang begitu gandrung dengan budaya Korea Selatan ataupun Hollywood. Tidak hanya menikmati karya seninya melalui musik, film dan produknya, sebagian orang mengamini budaya tersebut bahkan sampai ke dalam kebiasaan sehari-hari. Misalnya dalam tata berpakaian, make-up, makanan dan lain sebagainya.
Fenomena inilah yang membuat sejumlah pakar dalam banyak bidang melakukan analisisnya serta memetakan apa yang terjadi di tengah masyarakat. Termasuk dalam tinjauan psikologi. Dimana aktualisasi nilai Pancasila begitu dekat dengan faktor diri setiap orang. Baik secara pola pikir maupun kondisi emosionalnya.