Teras Merdeka – Studi Brigham and Women’s Hospital mengungkapkan, terlambat makan termasuk makan larut malam dapat berdampak pada kesehatan. Terutama tiga faktor utama daam mengatur berat badan.
Di antaranya, asupan pengaturan asupan kalori, jumlah kalori yang dibakar, serta perubahan molekuler jaringan lemak.
Medical Daily menyiarkan studi oleh Cell Metabolism tersebut pada Kamis, 6 Oktober 2022.
Para peneliti mengikutsertakan 16 peserta yang dianggap kelebihan berat badan atau obesitas. Mereka menyelesaikan dua protokol laboratorium, yakni makan awal dan makan terlambat sekitar 4 jam.
Selain itu, mereka juga memiliki jadwal tidur serta bangun yang tetap selama dua hingga tiga minggu sebelum protokol laboratorium. Termasuk mengikuti diet ketat di rumah dalam tiga hari menjelang penelitian.
Selama di laboratorium, para peserta mendokumentasikan rasa lapar dan nafsu makan mereka. Kemudian, para peneliti juga mengumpulkan sampel darah, suhu tubuh, pengeluaran energi dan biopsi jaringan adipose.
“Makan empat jam kemudian membuat perbedaan yang signifikan untuk tingkat rasa lapar kita, cara tubuh membakar kalori setelah makan, dan cara kita menyimpan lemak,” kata Nina Vujovic, peneliti dari Brigham’s Division of Sleep and Circadian Disorders.
Menurut studi tersebut, makan terlambat secara konsisten mengubah fungsi fisiologis dan proses biologis yang terlibat dalam pengaturan asupan energi, pengeluaran serta penyimpanan. Dimana masing-masing dari hal ini mempengaruhi penambahan berat badan.
Para peneliti juga menemukan mereka yang makan di siang dan malam hari secara terlambat, mengalami peningkatan suasana hati seperti depresi dan kecemasan.
Meskipun begitu, mereka juga mencatat, studi lebih lanjut diperlukan untuk menguji generalisasinya. Misalnya, hanya ada lima peserta perempuan yang menyebabkan kurangnya representasi berdasarkan jenis kelamin.