Teras Merdeka – Sekitar 2.700 berkas terkait peristiwa sejarah Indonesia selama tahun 1965 yang saat ini berada di Pemerintah Amerika Serikat (AS) termasuk dari Badan Intelijen AS, CIA, akan diminta kembali oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
“Sudah kami deteksi ada 2.700 file. Ribuan arsip yang digitalnya sudah sebagian kami tarik, tapi beberapa masih ditutup,” ungkap Kepala ANRI Imam Gunarto, dikutip dari Antara.news, Sabtu (18/11/2023).
Imam mengatakan, arsip seputar waktu 1965 itu sejatinya sudah dibuka Arsip Nasional AS. Beberapa di antaranya terkait arsip tentang CIA, arsip Kedutaan Besar AS di Indonesia, hingga arsip Kementerian Luar Negeri AS.
Ia menjelaskan, pengumpulan arsip dari Amerika Serikat itu diharapkan dapat menyediakan sumber masa lalu yang lengkap, sehingga dapat dipahami masyarakat Indonesia seutuhnya.
Dalam hal ini, Imam mengaskan bahwa ANRI tidak memiliki tugas untuk meluruskan suatu peristiwa sejarah yang diperkirakan diterima kurang utuh pada generasi saat ini.
Akan tetapi, ia melanjutkan, pihaknya bertugas mengumpulkan sumber sejarah yang diharapkan menjadi bahan kajian peneliti maupun sejarawan terkait peristiwa yang terjadi pada tahun tertentu, di antaranya terkait Peristiwa G30S/PKI pada 1965.
“Supaya masyarakat tidak memahami sebuah peristiwa hanya sebagian saja. Kalau mengetahui hanya sebagian nanti ceritanya terpotong-potong, tidak sesuai kenyataan. Semakin banyak sumber semakin baik,” terangnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya terus berkomunikasi dengan instansi terkait di Amerika Serikat, baik secara tertulis maupun pertemuan secara virtual untuk membawa pulang arsip penting sejarah Indonesia pada seputar waktu 1965.
“Kami komunikasi terus dan kalau memang dibutuhkan kami datang ke sana. Kami akan ambil tapi koordinasi dengan Amerika Serikat sudah berjalan dengan intensif,” jelasnya.
Sementara itu, Menpan RB Abdullah Azwar Anas juga mengungkapkan peristiwa masa lalu merupakan hal yang penting untuk meluruskan sejarah.
Data-data baru terkait sejarah masa lalu pun, lanjutnya, dapat dirangkai kembali untuk menambah pengetahuan masyarakat.
“Sementara sejarah kita, hanya berpihak kepada kekuasaan dan setelah itu baru kami telusuri dan fakta sejarah itu mulai dirangkai,” pungkasnya.