Teras Merdeka – Salah satu pilar utama yang diusung Indonesia sebagai pemegang keketuaan di Asia Tenggara (ASEAN) 2023 ialah penguatan perekonomian. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, Indonesia mendorong kawasan ASEAN menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
Sejumlah program dan kesepakatan yang telah dicapai dalam berbagai forum diharapkan bisa diadopsi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Tepatnya pada tanggal 9-11 Mei 2023 mendatang.
“Kita mendorong kawasan Asia Tenggara menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Kita mendorong perdamaian dan juga perekonomian,” ungkap Erick, dikutip dari Rebulika, Selasa (2/5/2023).
Erick juga mengatakan bahwa dalam KTT ASEAN tersebut, Indonesia tetap konsisten dengan pesan yang telah disampaikan Indonesia saat memegang presidensi G-20.
Di mana Presiden Joko Widodo, lanjut Erick, mendorong kebijakan globalisasi agar tak hanya menguntungkan negara-negara maju saja, yang pada akhirnya menekan negara-negara berkembang.
“Indonesia juga ingin maju, dan terbukti kemarin program G-20 sangat diapresiasi oleh banyak negara,” jelasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah memastikan, Indonesia akan mengawal capaian-capaian tiga pilar utama dalam keketuaannya di ASEAN.
Di antaranya yaitu ASEAN Matters. Ia menjelaskan, Indonesia telah menyiapkan visi besar ASEAN 2045 serta proses pembahasan rancangan Deklarasi Pemimpin ASEAN. Khususnya untuk menguatkan kapasitas dan efektivitas institusional ASEAN.
“Hasilnya diharapkan dapat diadopsi saat KTT ke-42 ASEAN pada 9-11 Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur,” papar Faizasyah dalam keterangan Tim Komunikasi dan Media KTT ASEAN 2023, Senin (1/5/2023).
Isu Startegis Indonesia di KTT ASEAN ke-42
Ketika menyampaikan pengarahan kuartal pertama keketuaan ASEAN pada April 2023, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan sejumlah isu yang harus terus didorong dalam pembahasan. Seperti negosiasi teks Code of Conduct (COC) Laut China Selatan.
Isu lainnya yang disebutkan Menlu ialah pemberantasan tindak pidana perdagangan orang (TPPO), penguatan institusionalisasi Dialog HAM di ASEAN, penyusunan peta jalan keanggotaan Timor Leste, dan penandatanganan Protokol Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ).
Kemudian pada pilar kedua, ada Epicentrum of Growth. Bahkan telah dibahas pula sejumlah prioritas. Seperti penguatan arsitektur kesehatan melalui One Health Initiative.
Tak hanya itu, dibahas pula mengenai penguatan ketahanan pangan dan energi. Termasuk melalui pembangunan ekosistem kendaraan listrik.
“Komitmen penggunaan mata uang negara ASEAN dalam transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran di kawasan juga telah disepakati untuk memperkuat stabilitas keuangan kawasan,” terang Menlu Retno.
Selanjutnya pilar ketiga yakni implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Menlu Retno menegaskan bagaimana pentingnya penguatan kerja sama konkret berdasarkan prinsip inklusivitas, kerja sama ekonomi, dan ekonomi pembangunan.
Oleh sebab itu, Indonesia akan menyelenggarakan acara unggulan, yaitu ASEAN-Indo-Pacific Forum.
Penegakan Pilar
Guna melengkapi ketiga pilar tersebut, sejumlah pertemuan penting juga telah digelar dalam empat bulan terakhir. Mulai dari ASEAN Foreign Ministers’ Retreat di Jakarta yang digelar 1-4 Februari 2023.
Pertemuan lainnya adalah ASEAN Tourism Ministers’ Meeting di Yogyakarta pada 2-5 Februari 2023 dan ASEAN Senior Officials’ Meeting and Related Meetings di Jakarta pada 6-8 Maret 2023.
Pertemuan pun diselenggarakan antarmenteri ekonomi ASEAN dalam ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Retreat pada 20-22 Maret 2023 di Magelang, Jawa Tengah, serta ASEAN Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting pada 28-31 Maret 2023 di Bali.
ASEAN Youth Dialogue on Development for Sustainable Development Goals pada 11-13 April 2023 juga menjadi ajang tukar pikiran dan perumusan rekomendasi mengenai pembangunan digital di Asia Tenggara. Pertemuan tersebut dihadiri oleh sekitar 60 pemuda dari ASEAN dan Timor Leste.
Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam pertemuan-pertemuan tersebut akan disampaikan kepada para pemimpin ASEAN dalam KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo.
Melalui tema keketuaan ASEAN, yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Indonesia bertekad mengarahkan kerja sama ASEAN tahun 2023 untuk melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespons tantangan kawasan dan global.
Tekad itu juga termasuk memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan untuk kemakmuran rakyat ASEAN.
Kekuatan Indonesia di KTT ASEAN 2023
Sekretaris Eksekutif Pusat Studi ASEAN Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Shofwan Al Banna Choiruzzad, menyebutkan, keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 berada pada titik sejarah yang penting.
Menurutnya, ada tiga hal yang membuat ASEAN Chairmanship Indonesia menjadi penting.
“Pertama, dunia, termasuk kawasan Asia Tenggara, masih berada dalam situasi pemulihan pascapandemi dan perlambatan ekonomi global,” paparnya.
Ia menjelaskan, Asia Tenggara sebagai salah satu dari sedikit titik pertumbuhan dunia menjadi kawasan yang penting untuk membantu pemulihan global.
Kedua, ketegangan geopolitik meningkat. Terutama di kawasan Indo-Pasifik di mana negara-negara ASEAN berada di dalamnya.
Ketiga, Shofwan menerangkan, di tengah dua tantangan besar tersebut, ASEAN menghadapi tantangan dari dalam yang sangat kompleks. Salah satunya krisis di Myanmar.
Oleh karena itu, KTT ASEAN 2023 harus bisa menerjemahkan pilar ASEAN Outlook on Indo-Pacific.
“Termasuk dalam kerja sama-kerja sama yang konkret dan berdampak pada sentralitas ASEAN di Indo-Pasifik,” pungkasnya.