Teras Semarang – Dalam rangka memantau perkembangan harga kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengajak jajaran lurah dan camat untuk ikut secara aktif pantau harga.
“Lurah dan camat yang mempunyai daerah pasar, contoh wilayah Banyumanik ada (Pasar) Rasamala, (Pasar) Jatingaleh, perlu selalu memantau,” terang Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (12/02/23).
Ia mengatakan, Walau pun fluktuasi harga komoditas merupakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Perdagangan, namun seluruh pihak harus saling bersinergi untuk membantu, termasuk lurah sebagai pemangku wilayah.
Mbak Ita menyebutkan, dalam memantau fluktuasi harga dan ketersediaan komoditas lurah menjadi peran penting, misalnya ketika terjadi kelangkaan minyak goreng bersubsidi bisa segera melaporkan.
“Bagaimana bergerak bersama. Tidak bisa hanya mengandalkan Dinas Perdagangan. Bagian komunikasi dengan Bulog dari Dinas Ketahanan Pangan, nanti lurah camat bisa memantau,” ungkapnya.
Pasalnya, Keberadaan lurah dan camat justru bisa menjadi satuan tugas (satgas) pengawasan komoditas pangan, karena mereka yang bersinggungan secara langsung dengan masyarakat, termasuk pedagang.
“Justru kalau satgas, ya, pengampu wilayah, lurah (dan) camat karena mereka yang bisa langsung bersinggungan. Kalau bicara Dinas Perdagangan orangnya seberapa, walaupun ada lurah (kepala) pasar ya,” terangnya.
Maka lurah dan camat diharapkan bisa membantu memantau fluktuasi harga komoditas pangan secara rutin yang mana bisa dilaporkan sehingga bisa segera dilakukan langkah penanganan atau antisipasi.
Lebih lanjut, guna membantu menjaga kestabilan harga komoditas, terutama agar tidak anjlok ketika panen Pemerintah Kota Semarang telah memiliki badan usaha milik petani (BUMP) .
“Kemarin, saya dapat laporan ketua BUMN cari wilayah-wilayah (penghasil, red.) beras, seperti Kabupaten Semarang yang disiapkan untuk wilayah Mijen dan Gunungpati,” ujarnya.