Bowo, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa wilayah di Kabupaten Jepara yang paling terdampak kekeringan yakni di Kecamatan Donorojo. Menurut data BPBD Jepara, sudah lebih dari 500 ribu liter air bersih yang disalurkan ke wilayah tersebut.
“Wilayah Donorojo paling awal terdampak kekeringan dan jadi langganan setiap tahunnya, karena memang daerahnya di pinggir pantai dan dekat dengan gunung kapur. Resapan air di sana sangat minim,” terangnya.
Sebagai informasi, sebanyak 15.317 jiwa dari 5.078 KK yang tersebar di seluruh Kabupaten Jepara, termasuk Karimunjawa telah terdampak kekeringan. Permintaan dropping air bersih dari desa-desa terdampak masih terus bertambah. Termasuk di wilayah yang pada tahun-tahun sebelumnya tidak mengalami kekeringan.
“Bahkan ini ada yang terbaru, ada permintaan (dropping air) dari Desa Jugo, Kecamatan Donorojo. Padahal tahun kemarin tidak pernah ada permintaan dropping ke sana,” terang Bowo.
“Program air bersih untuk masyarakat dengan Pamsimas itu masih berjalan sampai sekarang. Di Kemujan (Karimunjawa), waktu kami turun ke sana, ada satu titik yang dibuatkan Pamsimas, Alhamdulillah sudah berfungsi dan cukup membantu di sana,” terangnya.
Selain itu menurut Bowo, meskipun masih belum diwacanakan, penanganan kekeringan secara keberlanjutan di wilayah pesisir Jepara bisa dilakukan dengan teknologi pengubahan air asin menjadi air tawar.
Namun hal tersebut masih jauh dari rencana yang ada, lantaran memerlukan kajian lebih mendalam dan pembiayaan produksi yang tak sedikit.
“Yang kedua (penanganan kekeringan) ada teknologi, mungkin membutuhkan biaya yang cukup besar. Mengubah air asin menjadi air tawar. Tapi sampai sekarang masih belum ada rencana, tapi mungkin ya biaya produksinya yang besar,” ujarnya.