Teras Merdeka – Intrik politik dengan menyebarkan berita bohong (hoaks) melalui media sosial terutama Facebook tak terbendung menjalang musim Pemilu 2024. Ada sejumlah alasan mengapa platform milik perusahaan Meta ini menjadi medium yang paling banyak terjadi hoaks.
Mengutip dari pemberitaan CNN Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan terkait hal tersebut.
“Catatan kami menunjukkan penyebaran hoaks dan disinformasi terkait pemilu paling banyak ditemukan di platform facebook yang dimiliki Meta platform. Saat ini kami telah mengajukan takedown 455 konten kepada pihak Meta,” kata Budi di Kantor Kominfo, Jumat (27/10/2023).
Merujuk data Kominfo periode 19 Januari 2022 sampai 27 Oktober 2023, ada 101 isu hoaks mengenai Pemilu. Sementara total sebarannya ada sekitar 526, dan baru di-take down sebanyak 378.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa ada sekitar 455 sebaran isu hoaks di Facebook. Dari jumlah tersebut sebanyak 332 sudah berhasil di-take down, sedangkan 123 lainnya masih ditindaklanjuti.
Lalu di peringkat kedua ada TikTok dengan 25 sebaran isu hoaks, YouTube dan Snack Video masing-masing 17 sebaran isu hoaks, Twitter 11 sebaran isu hoaks, dan Instagram satu sebaran isu hoaks.
“Facebook ini kalau dalam data kami, Facebook itu sosial media yang paling banyak digunakan di Indonesia. Dan sejarahnya dipakai selalu untuk political campaign,” jelas Budi.
Di sisi lain, Facebook juga menjadi media sosial yang paling lama digunakan di Indonesia dibanding platform lainnya. Hal ini membuat banyak orang Indonesia lebih akrab menggunakan Facebook.
“Facebook kan mudah, penggunaannya juga sudah sangat lama dan memang sudah akrab di masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Meskipun begitu, menurut Budi, saat ini pihak Meta selaku perusahaan induk Facebook sudah berkomitmen kepada pemerintah untuk memberantas hoaks di platform mereka.
“Meta sudah punya komitmen dengan kita. Pokoknya mau membantu menjaga kualitas demokrasi dan integritas pemilu ini, sehingga mereka juga berkomitmen untuk menyapu atau men-take down konten-konten yang mengandung hoaks dan ujaran kebencian,” paparnya.