Teras Merdeka – Semenjak terjadinya Covid-19, populasi ikan ‘Belut Vampir’ mengalami ledakan di danau-danau di perbatasan Amerika Utara dan Kanada. Hewan tersebut memiliki nama asli Sea Lamprey.
Mengutip dari Science Alert, laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebutkan bahwa ikan parasit itu berkembang cepat di lima danau dalam Great Lakes.
NOAA melaporkan, Belut Vampir memangsa ikan Trout, Whitefish, Perch, dan Sturgeon. Bahkan saking banyaknya, Belut Vampir ini dapat membuat jumlah ikan Trout yang bisa ditangkap berkurang drastis.
“Dalam satu abad, penangkapan ikan Trout anjlok, sebagian besar karena perkembangbiakan Lamprey yang tidak terkendali,” ungkap NOAA, sebagaimana dikutip dari Science Alert, Jumat (14/7/2023).
Spesies Belut Vampit sebenarnya dikendalikan oleh Great Lakes Fishery Commission bersama dengan US Fish and Wildlife Service dan Fisheries and Oceans Canada. Jumlahnya pun sempat berkurang sebesar 90 persen di sebagian wilayah Great Lakes.
Akan tetapi, ketika dunia mengalami badai pandemi Covid-19 sekitar tahun 2020 dan 2021, pengelolaan spesies sempat terkendala. Akhirnya, populasinya ditemukan mengalami peningkatan.
Science Alert juga menyebutkan bahwa sampai saat ini, masih belum diketahui jumlah peningkatan populasi.
Berdasarkan laporan publikasi ilmiah non-profit, Undark Magazine, pengendalian Sea Lamprey bukanlah hal yang mudah.
Mereka yang bertanggung jawab mengontrol populasi hanya mampu mengerjakan 25 persen pada tahun 2020. Kemudian meningkat 75 persen pada tahun berikutnya.
Wired menuliskan, biaya yang diperlukan guna mengendalikan populasi tidak sedikit. Biayanya diperkirakan mencapai US$15 juta hingga US$20 juta atau sekitar Rp 227,42 miliar hingga Rp 303,23 miliar per tahunnya.
Tak hanya itu, diperlukan juga pestisida khsuus untuk mengendalikan populasinya, yakni lampricide.