Teras Merdeka – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Semarang memprakirakan musim kemarau tahun 2023 diprediksi terjadi pada bulan Mei. Pemerintah daerah diminta mengantisipasi potensi kekeringan dan kebakaran hutan.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Sukasno mengatakan, kekeringan dan kebakaran hutan menjadi dua hal yang harus diwaspadai dan diantisipasi oleh pemerintah daerah dan juga masyarakat ketika memasuki periode musim kemarau.
“Pemerintah dan masyarakat diimbau mengantisipasi dampak bencana yang diakibatkan oleh cuaca/iklim yang terjadi dengan melakukan efisiensi penggunaan air karena adanya potensi kekeringan dalam periode musim kemarau,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Indoraya, Sabtu (25/3/2023).
Sementara untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan, pemerintah dan masyarakat disarankan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan yang mudah memercikan api di kawasan hutan atau pada lahan yang mudah terbakar.
“Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang mudah memercikan api di kawasan hutan atau pada lahan yang mudah terbakar, serta antisipasi terhadap kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan penggunaan air,” ucap Sukasno.
Selain itu, memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, BMKG Stasiun Klimatologi Semarang mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrim saat masa peralihan (pancaroba).
“Seperti petir, angin kencang, puting beliung, serta hujan lebat dengan waktu singkat yang berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor,” ungkap Sukasano.
Sedangkan berdasarkan prakiraan BMKG, puncak musim kemarau tahun 2023 umumnya terjadi pada bulan Agustus. BMKG juga memprediksi puncak musim kemarau 2023 umumnya sama dan maju (lebih cepat) satu bulan dari normalnya.
Adapun panjang periode musim kemarau tahun 2023 paling pendek 10 dasarian (+3.5 bulan). BMKG Stasiun Klimatologi Semarang memprakirakan hal ini akan terjadi di sejumlah daerah, meliputi sebagian wilayah Banyumas dan selatan Cilacap.
“Sedangkan yang terpanjang 22 Dasarian (+7.5 bulan) yang meliputi wilayah Kota Pekalongan dan Karimun Jawa, sebagian kecil wilayah Tegal dan Pati, sebagian wilayah utara Pemalang dan Rembang,” ungkap Sukasno.