Teras Merdeka – Para ahli telah memperingatkan bahwa perang di Ukraina dapat mempercepat pengembangan “robot pembunuh”. Terlebih, saat ini Amerika Serikat dan Rusia tengah mempertimbangkan untuk membuat senjata otonom.
Pembaruan pada arahan Departemen Pertahanan AS bulan lalu mengungkapkan bahwa militer telah mengintensifkan komitmennya untuk pengembangan dan penggunaan senjata otonom. Di mana akan difungsikan menggunakan tenaga kecerdasan buatan (AI/artificial intellligence).
Mengutip dari laman Express, Jumat (24/2/2023), hal ini terjadi hanya beberapa bulan setelah NATO merilis rencana implementasi sistem otonom. Rencana itu ditujukan untuk membantu badan strategis dalam mempertahankan keunggulan teknologinya.
Menurut seorang profesor bahasa Inggris di Macalester College, James Dawes, rencana tersebut mencerminkan tren yang berkembang di kalangan militer. Khususnya setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Apalagi, negara-negara semakin fokus pada kecerdasan buatan yang dipersenjatai sebagai masa depan peperangan.
Sementara itu, Direktur Article 36,
Richard Moyes mengungkapkan, sebuah organisasi kemanusiaan yang berfokus pada pengurangan bahaya dari senjata mencatat, mereka tahu para komandan melihat nilai militer dalam amunisi di Ukraina.
“Senjata-senjata ini, yang merupakan persilangan antara bom dan drone, dapat melayang untuk waktu yang lama sambil menunggu target. Untuk saat ini, rudal semi-otonom semacam itu umumnya dioperasikan dengan kekuatan manusia yang signifikan, kontrol atas keputusan kunci,” ungkap Dawes.
Akan tetapi, ketika korban meningkat di Ukraina, begitu pula tekanan untuk mencapai kemenangan di medan perang, turut menentukan pengguna senjata yang sepenuhnya otonom. Seperti robot yang dapat memilih, memburu, dan menyerang target mereka sendiri, tanpa memerlukan pengawasan manusia.
Teknologi Barat bukan satu-satunya yang mengembangkan senjata semacam itu.
Awal bulan ini, produsen senjata Rusia yang dipimpin oleh mantan kepala Roscosmos Dmitry Rogozin mengumumkan rencana untuk mengembangkan versi tempur baru dari robot pengintai Marker. Pengembangan tersebut ditujukan untuk membantu pasukan Rusia di Ukraina.
“Semua orang setuju bahwa serangan versi ‘Marker’ kami, harus dipersiapkan untuk kehancuran mereka,” terangnya.
Melalui wawancara yang diterbitkan oleh situs berita Rusia RIA Novosti, Rogozin mengatakan bahwa Marker akan dapat secara otomatis mendeteksi serta menabrak ‘Abrams’ dan ‘Leopard’ milik Ukraina, termasuk kendaraan lainnya.
Kemampuan tersebut dimiliki karena Marker memiliki katalog elektronik dalam sistem kontrolya, yang mana dilengkapi dengan gambar peralatan musuh.