Teras Merdeka — Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Jawa Tengah dinilai tidak akan berjalan optimal tanpa diiringi perhatian serius terhadap kesejahteraan guru. Hal itu ditegaskan oleh Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, Heri Pudyatmoko.
Menurut Heri, guru merupakan fondasi utama pendidikan. Karena itu, peningkatan kualitas pembelajaran harus dimulai dari peningkatan kesejahteraan dan dukungan nyata terhadap para pendidik.
Selama ini, kata Heri, pembahasan pendidikan kerap terfokus pada kurikulum, metode pembelajaran dan pembangunan infrastruktur sekolah, namun mengabaikan kondisi sosial dan ekonomi guru sebagai faktor penentu kualitas pendidikan.
“Guru bukan sekadar pelaksana kurikulum. Mereka adalah pembentuk karakter, penanam nilai dan pendamping tumbuh kembang peserta didik. Kalau kesejahteraannya diabaikan, sulit berharap pendidikan bisa melahirkan manusia yang utuh,” ujar Heri.
Ia juga menyoroti masih lebarnya kesenjangan kesejahteraan antara guru ASN dan non-ASN, khususnya guru honorer di wilayah pinggiran dan pedesaan.
Banyak guru honorer, lanjutnya, yang harus mencari pekerjaan tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup, sehingga berdampak pada fokus dan kualitas pengajaran.
“Tidak sedikit guru yang mengajar dengan dedikasi tinggi, tetapi hidup dalam ketidakpastian. Ini realitas yang harus dijawab negara dan pemerintah daerah,” tegasnya.

Heri menekankan bahwa kesejahteraan guru tidak hanya menyangkut besaran gaji, tetapi juga mencakup kepastian status kerja, akses pelatihan berkelanjutan, perlindungan sosial, serta lingkungan kerja yang sehat dan manusiawi.
“Guru yang sejahtera akan lebih tenang, kreatif, dan fokus mendampingi murid. Dari situ mutu pendidikan akan tumbuh secara alami, bukan karena tekanan target semata,” jelasnya.
Selain itu, Heri mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk memperkuat kebijakan afirmatif bagi guru, terutama di daerah tertinggal dan wilayah dengan tantangan geografis tinggi.
Menurutnya, pemerataan kualitas pendidikan hanya dapat tercapai jika guru di seluruh wilayah mendapatkan perlakuan yang adil.
“Kalau kita ingin pendidikan maju secara merata, maka perhatian kepada guru tidak boleh terpusat di kota saja. Guru di desa, di pegunungan, di daerah terpencil, mereka justru memikul beban yang lebih berat,” katanya.
Lebih lanjut, Heri menegaskan bahwa peningkatan kesejahteraan guru merupakan investasi jangka panjang bagi pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas, menurutnya, akan melahirkan generasi yang kritis, beretika dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.
“Pendidikan bukan proyek lima tahunan. Ini investasi peradaban. Dan di jantung investasi itu, ada guru,” pungkasnya. [Adv]















