Teras Merdeka – Persoalan bullying yang marak terjadi dan terekspos di media massa, menjadi bukti bahwa lingkungan pendidikan belum sepenuhnya aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya preventif untuk menyelesaikan permasalahan bullying hingga ke akar.
Berdasarkan data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Sejak Januari hingga September 2023, tercatat ada 23 kasus bullying yang cukup fatal, bahkan ada yang menyebabkan korban meninggal.
Menurut data yang sama, kasus bullying paling banyak terjadi di jenjang SMP dan SMA. Di mana bullying tersebut dilakukan oleh sesama siswa maupun dari pendidik.
Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko menanggapi secara serius terhadap kasus bullying di lingkungan pendidikan, khususnya di wilayah Jawa Tengah.
Menurutnya, penerapan Permendikbudristek No. 46 tahun 2023 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan wajib diimplementasikan untuk menciptakan sekolah yang aman dan nyaman, tanpa kekerasan melalui disiplin positif.
“Penegakan hukum melalui kesadaran, pendidikan, dan tindakan konkret, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua pelajar untuk tumbuh dan berkembang,” ungkapnya, Senin (2/10/2023).
Guna mengatasi masalah bullying, ia menjelaskan, diperlukan kerjasama antara semua pihak. Mulai dari sekolah, orang tua, komunitas, dan termasuk pemerintah daerah. Menurutnya, kebijakan terkait bullying baik di tingkat sekolah maupun pemerintah harus dijalankan dengan jelas dan tegas.
“Salah satu upaya yang paling dekat ialah dengan melatih guru untuk memiliki kepekaan dalam mengenali dan mengatasi bullying di sekolah,” ujarnya.
“Termasuk melakukan pengawasan media sosial milik pelajar, karena di sanalah biasanya anak-anak mendapatkan referensi perilaku atau menemukan kegemarannya,” lanjutnya.
Kemudian salah satu yang terpenting, Heri mengatakan, ialah faktor pendidikan kesadaran. Di mana sekolah maupun komunitas dapat meningkatkan kesadaran tentang bahaya bullying melalui program-program pendidikan dan sosialisasi.
Wapim DPRD Jateng yang akrab disapa Heri Londo itu juga menuturkan, fasilitator pencegahan bullying di lingkungan sekolah ini harus mampu menginisiasi kreativitasnya dalam menyampaikan pemahaman dampak buruk bullying.
Hal ini dilakukan karena anak-anak generasi sekarang memiliki keunikan dalam sikap belajarnya. Seperti kemampuannya dalam memperluas cakupan belajar hingga relasi pertemanan yang semakin tak terbatas.
“Zaman berkembang, pendidikan juga harus bisa beradaptasi. Kreativitas dalam menanamkan pendidikan karakter harus dilakukan dengan cara-cara baru, yang selaras dan bisa diterima oleh generasi sekarang,” pungkasnya. [ADV-TM]