Teras Merdeka – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kemungkinan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan turun. Khususnya BBM jenis Pertalite (RON 90), Jumat (24/3/2023).
Akan tetapi, hal tersebut bisa dilakukan bila harga minyak dunia terus menurun. Setidaknya ke level US$ 65 per barel.
Kemungkinan tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji.
Ia mengatakan, harga minyak mentah saat ini masih berada di kisaran US$ 70 per barel. Sehingga pemerintah belum bisa melakukan penyesuaian harga BBM Pertalite.
“Sementara ini kalau sampai US$ 70 (per barel), kami hitung masih belum. Jadi, mulai US$ 65, harga minyak US$ 65 nanti kita namanya sesuatu yang kita lakukan adjustment ya,” ungkapnya.
Mengutip Refinitiv, pada perdagangan pada Rabu (22/3/2023), harga minyak mentah Brent ditutup di posisi US$ 76,69 per barel. Harganya melonjak 1,82 persen.
Sementara WTI ditutup melesat 2,26 persen ke posisi US$ 70,69 per barel.
Pada perdagangan Senin (20/03/2023), harga minyak sempat menyentuh rekor terendah dalam 15 bulan.
Di mana harga Brent tercatat mencapai US$ 71,02 per barel.
Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) sempat longsor 2,89 persen ke US$ 64,81 per barel pada Senin lalu.
“Kita sudah mulai hitung antisipasinya. Tapi kalau kami menduga itu sekitar minyak US$ 65 itu kita mesti menyesuaikan itu,” jelasnya.
Ia menambahkan, ada tiga formula yang turut menentukan perhitungan penyesuaian harga BBM Pertalite. Di antaranya yaitu harga pokok yang termasuk harga biaya pengadaan dan pengolahan, biaya distribusi, dan margin perusahaan.
“Kan biasanya ada harga pokoknya. Harga biaya pengadaan, harga pengolahan lah ya, setelah itu ada distribusi, ada margin. Tiga formula,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, harga BBM Pertalite sejak 3 September 2022 lalu dibanderol naik menjadi Rp 10.000 per liter. Di mana sebelumnya Rp 7.650 per liter.
Begitu juga dengan harga BBM Solar bersubsidi yang ikut dibanderol naik menjadi Rp 6.800 per liter dari sebelumnya Rp 5.150 per liter.
Kenaikan harga BBM bersubsidi pada 3 September 2022 lalu dikarenakan tekanan lonjakan harga minyak mentah dunia. Khususnya sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022.
Pada 8 Maret 2022, harga minyak mentah dunia sempat menembus rekor US$ 127,98 per barel.
Kemudian terus bertahan di atas US$ 100 per barel hingga awal Agustus 2022. Selanjutnya, tren menurun menjadi US$ 90-an per barel hingga awal November 2022.
Harga tersebut semakin menurun hingga kini bahkan telah mencapai di bawah US$ 70 per barel untuk jenis WTI.
Dalam asumsi dasar ekonomi makro 2023 di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023, harga minyak mentah Indonesia (ICP) dipatok US$ 90 per barel. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs) sebesar Rp 14.800.
Dari sisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pada awal perdagangan hari ini, Jumat (24/3/2023), melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat Rp 160 atau 1,04 persen.
Rupiah berada di posisi Rp 15.180 per US$ pada pukul 09:02 WIB.
Pada perdagangan terakhir, Selasa (21/3/2023), mata uang Garuda rupiah ditutup di posisi Rp 15.340 per US$, menguat 0,10 persen.