Teras Jepara – Ketua Tanfidziah Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jepara, KH. Charis Rohman mengatakan bahwa dengan mencintai Nabi Muhammad SAW, maka dapat membawa kemuliaan dalam kehidupan.
Hal itu ia ungkapkan dalam acara yang dihelat oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kecamatan Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Menurutnya, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengaktualisasikan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad SAW.
“Untuk mendapat kemuliaan atau dalam hal ini barokah di kehidupan. Pertama dengan bersholawat nabi. Ke-dua, mengamalkan sunnah nabi,” papar Charis di Guyangan, Bangsri, (18/11/22).
Acara yang bertemakan ‘Alfu Alfi Sholawat ‘ala Sayyidis Sadat‘ menceritakan tentang tokoh sejarah yang membantu proses kelahiran Nabi.
“Bidan nabi, Assyifa memiliki seorang anak bernama Abdurrahman bin Auf (sahabat Nabi paling kaya). Kemudian pembantu Nabi, Ummu Aiman dikaruniai anak yang di waktu dewasanya menjadi panglima perang muda, ini hasil dari cinta,” terangnya.
Ia melanjutkan, seperti salah seorang perawan yang ditemui pengarang kitab Dalailul Khoirot. Dari sumur kering yang diludahi perawan tersebut, muncul sumber mata air di dalamnya.
“Ketika ditanya mbah Sulaiman, mengapa bisa seperti itu, dijawablah oleh perawan bahwa dirinya sering membaca sholawat. Ini fadhilah dari mencintai nabi,” sambungnya.
Ia pun mengajak jamaah untuk bersama-sama mencintai nabi. Sebab, fadhilah tidak hanya terdapat di dunia, namun juga di akhirat kelak.
“Mari kita bersama hubbun nabi, semoga mendapat syafaat di yaumil qiyamah,” ujar Charis.
Pada momen tersebut, juga sekaligus menjadi acara launching Qosidah Hubbul Anshor karya Ketua PC MDS Rijalul Ansor Jepara, Abdullah Badri.
Ketua panitia acara, Ahnafuddin mengatakan bahwa Nabi pernah bersabda, “cinta Ansor bagian dari iman, dan yang membencinya bagian dari tanda kemunafikan”.
Kemudian dalam Qosidah Hubbul Anshor, terdapat delapan bait yang mengikuti wazan (irama) bahar (puisi Arab) yang disebut para ahli Ilmu Arudl sebagai Bahar Hazaj, dengan beberapa pengurangan taqti‘ asalnya sebagai penyesuaian.
“Anda bisa melantunkan syairnya mengikuti nada-nada Sholawat Badar yang dita’lif (diciptakan) KH. Ali Manshur tahun 1960 saat beliau masih menjadi Ketua PCNU Banyuwangi Jawa Timur,” tutup Ahnafuddin.